Perawatan estetika non-bedah seperti dermal filler semakin populer di kalangan masyarakat yang ingin tampil lebih muda, segar, dan percaya diri tanpa melalui prosedur operasi plastik. Salah satu topik yang sering muncul ketika membicarakan dermal filler adalah jenisnya yaitu antara dermal filler alami dan sintetis. Artikel ini akan membahas secara mendalam perbedaan keduanya, mulai dari bahan dasar, cara kerja, kelebihan, risiko, serta tips memilih jenis dermal filler yang tepat untuk Anda.
Klasifikasi Berdasarkan Komposisi: Alami vs. Sintetis
1. Dermal Filler Alami
Dermal filler alami berasal dari bahan-bahan yang dapat ditemukan atau diserap oleh tubuh secara alami. Yang paling umum digunakan adalah:
a. Asam Hialuronat (Hyaluronic Acid / HA)
Merupakan zat alami yang ada dalam tubuh, khususnya pada kulit dan jaringan ikat. HA sangat populer karena kemampuannya mengikat air, memberikan efek hidrasi dan volume secara instan.
Contoh brand: Juvederm, Restylane, Belotero
b. Kolagen
Merupakan protein utama dalam jaringan kulit. Filler berbasis kolagen lebih jarang digunakan sekarang karena kemunculan HA yang lebih stabil dan tahan lama.
Contoh brand: Zyderm, Zyplast (sudah jarang digunakan)
c. Lemak Autologus (Fat Grafting)
Prosedur ini menggunakan lemak pasien sendiri yang diambil dari bagian tubuh tertentu (seperti perut atau paha) lalu disuntikkan ke area wajah. Karena berasal dari tubuh sendiri, risiko alergi sangat rendah.
2. Dermal Filler Sintetis
Filler sintetis dibuat dari bahan non-organik atau semi-sintetik yang tidak ditemukan secara alami dalam tubuh. Sifatnya bisa semi permanen hingga permanen.
a. Poli-L-lactic Acid (PLLA)
Merangsang produksi kolagen alami tubuh. Hasilnya muncul secara bertahap dan bertahan hingga 2 tahun.
Contoh brand: Sculptra
b. Kalsium Hidroksilapatit (CaHA)
Partikel mineral yang juga ditemukan dalam tulang manusia. Memberikan struktur dan stimulasi kolagen.
Contoh brand: Radiesse
c. Polimetilmetakrilat (PMMA)
Bersifat semi permanen, digunakan untuk mengisi volume dalam jangka panjang.
Contoh brand: Bellafill
Perbandingan Lengkap: Dermal Filler Alami vs Sintetis
Aspek | Filler Alami | Filler Sintetis |
Bahan Dasar | Asam hialuronat, kolagen, lemak tubuh | CaHA, PLLA, PMMA |
Daya Tahan | 6-18 bulan | 1-5 tahun (bahkan permanen) |
Risiko Alergi | Sangat rendah | Sedikit lebih tinggi |
Reversibilitas | Bisa dilarutkan (misalnya dengan hyaluronidase) | Sulit atau tidak bisa |
Efek Samping | Minimal, bengkak ringan | Bisa terjadi granuloma, infeksi, migrasi filler |
Efek yang Terlihat | Instan | Bertahap (PLLA), instan (CaHA) |
Baca Juga: Dermal Filler dan Botox: Perbedaan, Kelebihan, dan Kekurangan
Kelebihan dan Kekurangan Masing-Masing
Dermal Filler Alami
Kelebihan:
- Aman, karena menyerupai komponen tubuh
- Hasil alami dan reversible
- Dapat digunakan di berbagai area wajah
Kekurangan:
- Perlu perawatan ulang karena cepat diserap tubuh
- Harga bisa tinggi untuk jangka panjang jika digunakan terus-menerus
Dermal Filler Sintetis
Kelebihan:
- Efek bertahan lama
- Bisa merangsang produksi kolagen alami
- Efektif untuk kontur wajah yang membutuhkan struktur tambahan
Kekurangan:
- Risiko komplikasi lebih besar
- Sulit dikoreksi jika hasil tidak memuaskan
- Tidak cocok untuk semua jenis kulit dan area wajah
Mana yang Lebih Aman?
Dari segi keamanan, filler alami umumnya lebih direkomendasikan untuk pemula karena:
- Risiko alergi sangat rendah
- Dapat dilarutkan jika terjadi efek samping atau ketidaksesuaian
Namun, filler sintetis tidak berbahaya selama dilakukan oleh tenaga medis profesional dan pada pasien yang tepat. Penting untuk menjalani konsultasi dan uji kelayakan sebelum prosedur.
Bagaimana Memilih Jenis Dermal Filler yang Tepat?
1. Tujuan Estetika Anda
Jika hanya ingin mengurangi kerutan ringan atau memperbesar bibir sementara, HA bisa cukup. Untuk kontur pipi atau dagu yang lebih permanen, CaHA atau PLLA bisa dipertimbangkan.
2. Durasi Hasil yang Diinginkan
Apakah Anda ingin hasil yang bisa berubah jika tidak sesuai? Pilih filler alami. Jika Anda ingin hasil jangka panjang, filler sintetis bisa lebih efisien.
3. Riwayat Kesehatan
Orang dengan riwayat alergi atau penyakit autoimun sebaiknya menggunakan filler yang dapat diserap tubuh.
4. Anggaran Biaya
Meskipun filler sintetis lebih mahal di awal, Anda bisa menghemat biaya jangka panjang karena daya tahannya lebih lama.
Risiko dan Efek Samping yang Perlu Diwaspadai
Meskipun dermal filler relatif aman, tetap ada risiko:
- Pembengkakan dan kemerahan sementara
- Infeksi jika prosedur tidak steril
- Granuloma atau benjolan kecil (lebih sering pada filler sintetis)
- Penyumbatan pembuluh darah yang bisa menyebabkan komplikasi serius
Tips Memastikan Prosedur Filler yang Aman
- Pilih klinik resmi dan bersertifikasi
- Gunakan produk filler yang teregistrasi BPOM
- Konsultasikan riwayat medis Anda
- Lakukan patch test jika menggunakan bahan non-alami
- Tanyakan apakah filler bisa dibalikkan atau tidak
Tren Dermal Filler di Tahun-Tahun Mendatang
- Filler berbasis stem cell dan growth factor
- Hybrid filler (gabungan alami dan sintetis)
- Teknologi mikrofiller untuk peremajaan menyeluruh
- Filler dengan efek prebiotik dan antioksidan
Kesimpulan
Memahami perbedaan antara dermal filler alami dan sintetis sangat penting sebelum Anda memutuskan untuk melakukan prosedur ini. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Filler alami lebih cocok untuk mereka yang mengutamakan keamanan dan hasil yang dapat diubah, sedangkan filler sintetis ideal untuk Anda yang menginginkan hasil lebih tahan lama dan dramatis.
Yang terpenting adalah melakukan prosedur di bawah pengawasan tenaga medis profesional, dengan pertimbangan menyeluruh terhadap jenis kulit, kebutuhan estetika, dan tujuan jangka panjang Anda. Dengan pemilihan yang tepat, dermal filler dapat menjadi solusi efektif untuk menunjang penampilan tanpa perlu operasi.
Selalu utamakan keselamatan dan edukasi sebelum kecantikan karena keputusan terbaik adalah keputusan yang sadar dan bijaksana.